Tuesday, December 1, 2015

Resensi Roman Merantau Ke Deli - Buya Hamka

Sumber gambar Gema Insani

Novel ini merupakan salah satu novel klasik yang dibuat buya hamka pada sekitar tahun 1939 dan dimuat pada sekitaran tahun 1940-1941. Kisah roman ini merupakan salah satu cerita yang sangat menarik disamping novel lain karangannya semisal Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Roman ini mengangkat isu tentang adat minang masa itu, poligami dan kebiasaan sosial di daerah perantauan. Dalam pembukaan buku ini, Buya Hamka mengisahkan bahwa cerita pada roman ini terilhami pada keadaan sosial masyarakat kala itu di daerah deli yang mana merupakan sebuah kota yang memiliki kegiatan ekonomi yang cukup maju yang menjadikannya magnet bagi para perantau.

Roman ini menceritakan kehidupan seorang bernama Leman, seorang pedagang kain muda dari Minangkabau yang mengadu nasib di perantauan (Deli). Di kota inilah ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Poniem. Poniem adalah seorang bekas pekerja perkebunan dan karena ia cantik maka ia menjadi istri simpana dari mandor kebun. Di area perkebunan inilah mereka bertemu, ketika Leman berjualan, sedang poniem tentu saja dikenal karena seorang istri dari mandor. 

Setelah bertemu beberapa kali Leman menaruh hati kepada poniem dan Ia ingin memperistrinya. Ia tidak peduli dengan status Poniem yang sebagai istri mandor dan ia adalah orang Jawa ( inilah yang akan menjadi masalah dikemudian hari). Awalnya Poniem menolak karena takut akan nasibnya, ia tahu betul adat minang dan ia tak ingin senasib seperti perempuan lain yang menikah dengan pemuda minang yang akhirnya hanya diperah saja. Namun karena niat maupun rayuan Leman, akhirnya runtuhlah pendiriannya. Leman pun sebenarnya sudah dinasehati Bagindo kayo agar tak menikahi Poniem, namun leman tak mengindahkannya. Dan mereka Pun menikah.

Awal pernikahan mereka dirajut dengan mengupayakan membesarkan dagangan kain yang telah Leman rintis. Berkat kerja keras dan ketekunan keduanya, perlahan namun pasti makin besarlah toko mereka. Dan untuk membantu mengoperasikan kegiatan toko tersebut, Leman mempekerjakan seorang pemuda Jawa bernama Suyono. Hadirnya Suyonopun semakin memperbesar usaha Leman.

Mereka berdua hidup bahagia namun sayang, pernikahan yang hampir 5 tahun belum juga membuahkan seorang anak. Dan pada suatu ketika, mereka merencanakan untuk mengunjungi kerabat leman yang di minangkabau. Dan inilah awal segala permasalahan yang akan menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka. Ketika di kampungnya, leman tergoda untuk menikah lagi sebab desakan sanak saudaranya. Karena bagi orang minang, menikah dengan orang selain minang adalah sebuah hal yang sangat tidak disarankan. Baiknya menikah dengan sesama orang minang saja. Selain karena adat, ada motif lain yang menyebabkan hal tersebut yakni karena leman adalah seorang pedagang kaya. Dan ternyata Lemanpun tak kuasa menahan godaan hawa nafsu mudanya ketika melihat gadis yang di tawarkan padanya. Mariatun gadis minang nan cantik dari keluarga terpandang.

Leman akhirnya menikahi Mariatun ( Ia melanggar sumpahnya untuk setia pada Poniem ). Poniem pun mengijinkan, meskipun dengan sangat berat hati, karena ia merasa Leman adalah satu- satunya pegangan hidupnya. Ia tak memiliki siapa – siapa lagi di dunia ini, hanya leman sajalah. Sedang mariatun sendiri menikahi leman tak lebih karena alasan materi semata. Setelah selang beberapa tahun pelan-pelan rumah tangga yang dimadu ini mulai memercikkan api dalam hubungan rumah tangga. 

Hal ini karena Leman tidak adil dalam memperlakukan Kedua istrinya terutama yang tertua. Kedua perempuan ini sering bercekcok mulut dan puncaknya adalah ketika Poniem bertengkar hebat memperebutkan sebuah kain dengan mariatun. Dan karena seperti membela mariatun atau memang ingin mebuang poniem. Leman memisah kedua perempuan tersebut dan yang tak disangka – sangka adalah ia menjambak Poniem, menendangnya dan yang menyakitkan adalah mentalak 3 istri pertamanya tersebut. Dan poniem tanpa pikir lagi, ia segera meninggalkan leman, Suyono tak tega melihat hal tersebut dan iapun menyusul poniem ke Medan.

Setelah kepergian kedua orang jawa tersubut, surutlah usaha Leman. Besar pasak daripada tiang. Ia insyaf bahwa selama ini yang banyak berjasa besar membesarkan usahanya adalah Poniem dan Suyono. Namun bagaimana, Nasi sudah menjadi bubur. Sesal panjang dirasainya.

Tahun berlalu dan keadaan pun berganti. Melihat keadaan poniem yang ddemikian Suyono menaruh simpati pada poniem. Ia ingin menikahi poniem, meskipun poniem usianya jauh lebih tua darinya dan mengabaikan hal – hal lainnya. Kemunngkinan karena ia ingin menolong janda tersebut. Dan menikahlah mereka, dan keadaan sekarang berbalik. Mereka berdua semakin naik berkat kerja keras, cermat dan hemat dalam menjalankan usahanya. Sedangkan Leman makin terpuruk dengan utang-utangnya.

Pada suatu hari suyono dan poniem berencana membeli sebidang tanah, dan diptuskanlah untuk membeli tanah di tempat dulu mereka tinggal di deli. Disana bertemulah antara mereka berempat Poniem,suyono,leman, dan mariatun. Keadaan telah terbalik. Sungguh melihat kenyataan tersebut bahwa orang yang dulu dihina dan dibuangnya kini telah berganti kulit. Sungguh leman tak kuat hati menahan malu dan terlebih ia tak ingin harga dirinya tercoreng dengan kebaikan kedua orang ini. sehingga ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Minangkabau.

Kisah dalam novel ini sangat mengharukan, banyak hikmah – hikmah kehidupan yang bisa diambil. Dan tentu saja ini adalah salah satu daftar favoritku yang baru. semoga Resensi Novel Roman Merantau ke Deli ini bisa memberi informasi tambahan sebelum anda membeli Buku ini. secara pribadi Novel Roman karya buya hamka satu ini sangat rekomended.