Wednesday, May 6, 2015

Kenapalah


Hati yang kelam,
Terasa hampa kian menghujam,
Malam, akankah engkau sanggup untuk tertawa ?
Ketika dalam bayangmu terliput duka,
Malam kenapa ini ?
Kenapa diri ini ?
Kesana - kemari terkurung dalam senyum,
Senyum pembungkus luka yang tak terlihat,
Senyum sebagai fatamorgana semata,

Sejujurnya jikalau ada,
Jikalau hadir saat itu,
Teringinku hancur lebur tiada bekaspun,
Sayatan ini senyuman ini,
Sungguh,
Sungguh ingin saat seperti itu,
adalah kekejian terbesar bagi kebenaran sejati.

Tuesday, May 5, 2015

Pergi Bukan Untuk Meninggalkan


Pagi itu Andy seperti hari - hari biasanya mempersiapkan segala sesuatu sebelum ia berangkat mencari rezeki di kota. Andy adalah anak bungsu dari beberapa bersaudara yang sederhana. Hari - harinya ia habiskan untuk bekerja sebagai karyawan restauran di kota.

Andy memang telah lama hidup tanpa ada kedua orang tuanya. Orang tuanya meninggal beberapa tahun silam akibat penyakit kanker yang didetitanya. Saat ini ia serumah dengan kakak laki - lakinya, Doni. Doni masih bujang 5 tahun lebih tua dari usia Andy yang berada pada tahun 21, ia adalah seorang pengangguran.

Jam 8 pagi Andy telah sampai di restauran tempatnya bekerja. Pagi itu ia terlihat lebih diam, ia bekerja dengan cekatan seperti biasa namun dengan sikap diam tanpa kata yang tak biasa. Dari raut mukanya saja terlihat seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Mimik mukanya begitu serius. Kalau sudah seperti ini biasanya ia ada masalah dengan kakaknya. Dan nyatanya benar, bahwa malam kemarin ketika Andy baru pulang dari kerjanya. Doni mencecarnya dengan hal yang memberatkan Andy.

"Ndy, kamu ada duit ndak ?"
"Buat apa Mas ?" Tanya Andy balik.
"Buat bayar hutang"jawab Doni
"Utang apalagi Mas, utangmu lo udah berapa, masa mau utang terus kah" kesal Andy
"Utang sama Ridho tempo hari, ada ndak e ? " 
"Itu utang buat apa ? Apa buat ngewarung."
"Kamu ga perlu tau" jawab Doni
"Kalo gitu kenapa sekarang minta aku buat bayarin itu hutang, aku ada beberapa ratus ribu namun ini jatah makan untuk bulan ini "
"Aku pakai Sertifikat tanah rumah ini wae kalau begitu buat pinjam di Bank"
"Apa ? Ya jangan gitulah, sembarangan saja".

Mungkin itulah hal yang membuat dirinya terlihat demikian hari itu. Ia memang sering kesal dengan kelakuan kakaknya, terutama tentang hutang menghutang, bagaimana mungkin terus berhutang sedangkan dirinya tak bekerja ditambah gaya hidupnya tak bisa di kontrol.

Pengunjung restoran cukup banyak, sehingga cukuplah buat Andy untuk berkonsentrasi saja dengan memasak pesanan pelanggan tanpa banyak bicara. Tiba - tiba handphone di saku celananya berbunyi. Tanda bunyi pesan masuk, dibacanya pesan itu "Selamat Pagi saudara Andy, kami dari HRD Hotel Grand Sahid Surabaya ingin menyampaikan bahwa anda diterima menjadi Kepala Chef di unit restoran kami. Anda bisa mulai bekerja pada senin lusa. Terima kasih."

Tiba - tiba sebuah senyum kegembiraan tersungging dari wajahnya. Mungkin inilah jawaban serta saat yang tepat untuk hal yang selama ini ia pikirkan. Ia telah lama berfikir bagaimana cara yang tepat agar kakaknya itu bisa belajar untuk mandiri dan bisa bertanggung jawab dalam hidupnya sendiri. Disadari ataupun tidak kakaknya memang bergargantung pada dirinya. Sedangkan Doni sendiri seolah tak memperdulikan hal tersebut, ia lebih asik dengan dunianya sendiri, dunia warung kopi. Namun mau sampai kapan ingin seperti itu pikir Andy dalam hatinya selama ini.

Dan Siang itu ia telah ia telah memantapkan hati, bahwa besok ia akan berangkat ke Surabaya. Mencari asa dan masa depan disana, dan selain itu ia ingin memberikan pembelajaran buat kakaknya tetsebut.

Dan benarlah bahwa Minggu siang itu ia berangkat dengan diantar oleh Kakaknya. Kakaknya terlihat seperti orang bingung, Andy tahu itu namun ia tetap mantap melangkah bahwa ia ingin agar kakaknya belajar akan arti kemandirian dan tanggung jawab. Andy tak akan pernah meninggalkan kakaknya, ia hanya ingin agar Tuhanlah yang beberapa saat membimbingnya dalam didikannya. Beberapa saat kemudian Bus kota yang di tumpangi Andy pun meluncur dari terminal.


*sumber gambar: www.pinteres.com

Monday, May 4, 2015

Dimanakah ?













Cinta, dimanakah dirimu ?
Apakah selama ini kau sengaja menghindar ?
Apakah kau tak mau bersua denganku ?
Selama ini, diriku hanya mendengar kabar,
Isu dan hal yang manis - manis tentangmu,
Tapi aku benar - benar belum mengenalmu jauh,
Aku hanya menerka, berguman dan berimajinasi tentangmu.
sekali lagi,
aku ingin tanya kepadamu,
Dimanakah dirimu ?
Mendekatlah,
berilah aku kesempatan untuk mengenali dirimu.

Sunday, May 3, 2015

Melepas Sahabat di Stasiun Tugu


Malam ini akan menjadi malam yang tiada mudah bagiku. Karenamu akan tiada lagi di kota yang mana menjadi saksi akan persahabatan kita selama ini. Wisuda telah berlalu dan sudah saatnya bagi kita untuk meraih impian masing - masing. Kau akan pergi meraih mimpimu di Kota kelahiranmu begitu pula denganku.

Stasiun Tugu kota Yogyakarta. Aku masih duduk dalam peron menunggu penumpang, mengantarmu yang kini sedang asyik menjajalkan hvs cetakanmu di loket penukaran tiket tersebut. Suara sirine khas stasiun terdengar beberapa kali dari pengeras suara. Aku hanya senyum sendiri, dan entah mengapa tiba-tiba aku ingat kala itu. Pertemuan kita di tempat ini kawan. Hari ini tepat empat tahun yang lalu. Pertemuan tanpa sengaja itu menjadi hal yang tak akan pernah mungkin bisa aku lupakan.

Kala itu Kereta yang kau tumpangi dari Jakarta baru saja berhenti, kemudian Kau yang berlari - lari dengan tas travel mu kala itu. Seperti orang kerasukan yang ingin segera keluar dari stasiun. Aku sudah setengah jam di stasiun Tugu waktu itu, keretaku yang dari surabaya telah berhenti pukul pukul 15.30. Sembari sore, kala itu aku mencari Wifi gratis di Sana. Lumayan setengah jam buat download video dari chanel langgananku di Youtube. Dan setengah jam kemudian itulah keretamu datang. Aku aku beranjak bangkit dari kursi tunggu untuk melangkah keluar dari stasiun untuk menuju tempat kost yang kupesan tempo hari. Aku jalan santai sambil membawa barang bawaanku, Dan entah apa pasal tiba - tiba tas travelku yang kupegang disampinh itu mendadak jatuh karena tanganku tersodok oleh tas mu dari samping. saat kau lari kala itu.
"weih ... santai bung, santai" spontan kataku.
"Eh sory sory mas lagi buru - buru" jawabmu kala itu.
"Buru-buru ya buru - buru tapi biasa juga kali mas, moga aja ga ada barangku yang rusak"
"Maaf mas, gua ganti kalo ada yang rusak"jawabmu
"Orang ini sepertinya dari Jakarta kalo dilihat dandanan sama bahasanya" jawabku dalam hati.
"Ok aku cek dulu" singkat.
Kemudian kubuka tas travel kecilku itu, kulihat isinya sebab ada tablet baru yang kutaruh disitu. Untunglah tak ada yang rusak. 
Sekali lagi kau ucapkan maaf, dan tanpa panjang lebar kaupun berlalu karena kau sedang ditunggu oleh seseorang katamu. Kenangku.

"Za, bentar ya" teriakmu.
Kulihat kau masih mengantri tiketmu.
Dan akupun kembali dalam kenangan itu.

Aku bergegas keluar, menuju halte transjogja menunggu tumpangan. Masih sempat kulihat kau bersama seseorang dan kemudian masuk kedalam mobil sedan itu. Dalam halte diriku sedikit termenung, aku merasa seperti pernah melihat orang ini sebelumnya, tapi kapan dan dimana pikirku terheran - heran. Kemudian beberapa saat kemudian terbesit bahwa ia pernah kulihat dalam mimpiku beberapa hari yang lalu. Ya dalam mimpi, tidak salah lagi. Apakah ini pertanda akan sesuatu ? Entahlah aku masih terheran heran. Dan seperti mimpi yang menjadi nyata, ternyata tiada sangka bahwa kau sekampus denganku, sejurusan bahkan sekelas. Apakah ini kebetulan, tiada tahulah.
Dan semenjak perkenalan di ospek itu hingga saat ini kaulah sosok sahabat terbaik itu. Sahabat dalam segala hal.

Namun waktu terus berlalu dan sudah hukum pasti bahwa akan selalu ada fase datang dan perginya seseorang dalam hidup, entah sahabat, pacar,orang tua ataupun orang orang yang berarti lainnya.
Kini di depanku sana, akan ada sesosok sahabat yang akan berlalu dari hidupku, waktu begitu cepatnya, kukira baru kemarin saja kita bersama dan mencari asa di kota ini. Kini 15 menit lagi, kereta dari surabaya akan datang dan akan membawa sahabatku ini ke tanah kelahirannya. Jakarta.

"Sory ya lama, panjang banget antriannya" 
"Iya, ga apa eh. Gimana sudah clear semua ?" jawabku
"Tinggal nunggu keretanya saja ini Za, paling bentar lagi datang juga tu kereta"Katamu

"Gue bakal kangen banget sama loe nanti Za, gila... tak terasa ya udah empat tahun kita bersama"
"Ya begitulah Jim, tapi ini bukan akhir dari persahabatan kita kan""Ngomong apa eh, ya ngga lah Za, kita kan masih bisa telponan, chat atau skype. santai bro, loe sahabat gue selamanya"Jawabmu
"Iya iya, tapi gak serulah kalo lewat gadget" kulihat kau paham maksudku itu.

Tak lama kemudian kereta Sembrani dari surabaya telah datang, terdengar riuh pengeras suara stasiun dan suara kereta datang mendekat. 
Jimmy sudah siap dengan segala bawaannya, ia berdiri akan menuju ke kereta itu. Aku juga ikut berdiri menentengkan tasnya yang lumayan besar itu. Jujur ada perasaan sedih dalam diri, namun rasa itu terkikis oleh harapan dan impian masa depan yang sering kami bicarakan.
"Hati - hati Jim, sampai jumpa lagi lain waktu. Ingat janji kita ya" kataku sambil memberikan salam persahabatan khas kami

"Siap bos, gue udah buat semua note-note gue tentang hal itu"jawabnya seceria mungkin. Namun aku sudah paham betul mimik sahabatku ini, kulihat matanya tak bisa menyembunyikan rasa berat perpisahan ini. Namun apalah daya, hidup harus terus berjalan. Iapun lalu melangkah ke dalam kereta tersebut. Di peron, diriku masih menanti keberangkatan kereta itu.
"Tungtungtungtunggggg,tungtungtungtungggg,tungtubgtungtung ..." keretapun berjalan perlahan dan pergi membawa semua kenangan itu.

"Tak apalah 5 tahun lagi kutunggu kau disini dan di jam ini dengan membawa kesuksesan masing-masing" itulah janji kami.


*Sumber gambar :Inijogja.co.id/stasiun-tugu/

Saturday, May 2, 2015

Mengalir melambai













Saat kulihat tetesan embun,
kulihat cahaya kehidupan begitu terang,
kelipan kejernihan yang begitu menggoda,
membuat diriku syahdu ingin merasakan kemurniannya,

kupalingkan wajahku ketika suara gemericik membuai,
terdengar jelas ia dari sisi belakangku,
entah dari mana asalnya,
akan tetapi disitulah terlihat pendaran airnya,
embun berharap tuk ikutinya,

kini di depanku kejernihan dan cahaya semakin jelas,
bahkan akupun bisa melihat diriku darinya,
Mataku mencoba memahami,
perlahan air tersebut berkumpul,
namun ia tiada diam,
ia bergerak takjub melalui celah - celah bebatuan didekatku itu,

kucoba mengikuti kemana arahnya,
langkah demi langkah terus terjalin,
diripun tercebur dalam sandiwara keasyikan,
terlupa sesaat akan sang waktu,

mengapa ia terus mengalir cepat saat ini,
namun kadang ia mengalir begitu pelan membingungkan,

ya, kulihat itu semua,
begitu tegar,jernih dan menyegarkan,
kuliat air suci itu berkumpul bersatu,
berkawan jutaan bulir lainnya sekarang,

Dan kini semakin terang pula kulihat,
dan ya itulah,
itulah dirimu yang kelak kan menirunya.

Friday, May 1, 2015

Akan Berlalu Begitu Saja


Dikala terasa dinginnya hawa subuh hari, terdengar suara angin angin sepoi menerpa pohon di luar tenda ini, di puncak bukit G.prau ini. Cukuplah enam jam bagiku untuk memulihkan kesegaran diri ini. Bersama tiga sahabat yang menemani pendakian ini, mencari sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kata. karena kata - kata kadang membuat batasan - batasan tersendiri yang tak bisa diganggu lagi, 

Refresing adalah kamuflase bagi kami berempat, namun anggap saja benarlah demikian apa adanya.
Aku bangun lebih awal, kulihat dalam remang tenda wajah - wajah yang selalu menemani dan memberi arti dalam setiap langkah perjalanan waktu ini. Wajah Ketegaran, semangat, keceriaan terlihat damai kala itu. Biarlah mereka istirahat dulu, menikmati jamuan belaian dekapan bukit ini. Akupun keluar dari tenda perlahan. Hawa dingin bukit ini begitu terasa meskipun sudah kukenakan jaket tebal sekalipun. Tanda tanda subuh hari mulai menampakkan diri, dibalik ufuk nan jauh pendar - pendar cahaya mulai nampak. Dari sini terlihat jelas kerlap kerlip lampu perkampungan nan begitu mempesona terpajang sepanjang mata memandang. Awan - awanpun tak lupa datang untuk menyapa beriringan dengan cantiknya.

Diriku takjub namun ada juga perasaan luluh datang menghampiri, teringat akan beberapa tahun yang telah berlalu, teringat akan perjalanan hati yang selalu mencari - cari  meraba - raba dalam kebutaan,akan tempat berlabuh yang dinanti - nanti. Begitulah tempat singgah yang telah terlewati hanya menjadi puing - puing harapan dan kekecewaan yang sering berlanjut. Dan hanya menjadi kenangan kosong yang tiada layak jadi cerita bagi anakku nanti. Memanglah benar kata bahwa diri ini tiada pandai menemukan tempat singgah yang tepat. Bahkan pernah onggokan kayupun kuanggap sebagai dermaga. Mengapalah begitu konyol apa yang telah kulalui tersebut. Hanya renunganlah tersurat jika teringat akan itu. Namun tak apalah, kesalahanku dimasa lalu tersebut adalah nilai yang amat sangat berharga yang akan selalu menjadi pemandu dalam perjalananku ini, Dan kuketahui bahwa selama ini diri ini sejatinya belum benar - benar singgah, ku hanya megaitkan tali kapalku dan belum beranjak darinya.

Ah, sudahlah. Betapa bodohnyalah diriku jika memikirkan hal itu disini. Apalah gunanya sesal ? tak ada yang dapat terubah dari sebuah penyesalan. kupilih tegar dalam memandang semua akan berlalu dan tertinggal bersama waktu. 

Sunrise tinggallah beberapa menit lagi, dan di depan tenda disana sahabat - sahabatku sepertinya sudah bersiap - siap untuk menanti pagi ini.

"Hoiii Cepetaan, kamera jangan lupa " seruku lantang

Daniel, Akbar, Arri dan Deni sahabatku, juga keluargaku. Mereka rumah terbaikku di Jogja dan di perjalanan ini. Dan pagi itu kamera dan G.Prau ini menjadi ice moment, perekat hubungan persahabatan kami. Semoga persahabatan ini akan kian bersemi lagi. 


*sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/