Saturday, November 21, 2015

Little Darling

Kenapalah acapkali seseorang bergelimang duka dengan masa lalu. Kesedihan, ratapan hingga perih tak bermuara kadang harus di lalui dalam diri. Namun, apakah yang membuat semua itu layak dan memiliki arti. Tak sedikitpun kecuali hanya berakhir pada dada sesak membungkus lara itu tadi. Masa lalu serupa kenangan, suka maupun tidak ia akan selalu mengikuti setiap jalan hidup meskipun kau berlari sampai ke ujung langit, takkan pernah mampu untuk menghindarinya. Terima sajalah lalu biarkan terlepas.

Sore itu di jalan selatan kota Jogja, Terlihat iring – iringan tiga bus berukuran sedang yang membawa rombongan mahasiswa yang hendak menjalani makrab jurusan. Mereka adalah mahasiswa jurusan Geografi dari sebuah kampus negeri di Kota Jogja. Bus–bus tersebut mengarah ke pantai parangkusumo. Hari sudah menunjukkan pukul 4 sore ketika rombongan tersebut sampai di lahan parkiran. Perlahan satu persatu pintu bus terbuka, terlihat pertama orang yang keluar itu adalah seorang Pemuda berusia sekitar 21 tahunan dangan seragam kaos polo merah yang membawa backpack kecil. Perawakannya sedang dengan wajah khas orang melayu. Dialah Danis, mahasiswa semester 5 dari palembang. Dialah yang mengetuai acara ini. Dari raut mukanya dia nampak orang yang Calm.

Semua peserta serta panitia telah turun dari bus, segeralah mereka berbaris rapi menuju gumuk pasir parangkusumo yang lokasinya tak begitu jauh dari parkiran tersebut. Ada 80 peserta serta 50 panitia dalam acara ini. Para peserta terlihat riang-riang saja, ini tidak lebih adalah acara makrab kekeluargaan dan tak ada kekerasan sama sekali.

Sejak Turun dari Bus Danis tak banyak bicara, ia hanya berkata seperlunya saja memberikan instruksi kepada seluruh panitia dan ketua lapangan acara ini, karena semua pekerjaan teknis memimpin acara sudah diplotkan ke Jordan Sebagai Ketua lapangan. Tak ada pekerjaan teknis baginya sore itu. Jadi ia lebih banyak untuk mengawasi teman – teman panitia dari kejauhan. Semua peserta beserta pendamping terlihat berbaris rapi menuju lokasi perkemahanr. Kala itu ia berada di belakang dan sengaja memautkan diri agak jauh dari rombongan. Ia berjalan santai menikmati matahari sore yang perlahan – lahan mulai menampakkan cahaya keemasan. Angin pantai pun tak mau kalah, ia berhembus cepat menembus pohon – pohon cemara yang tumbuh sepanjang jalan. Bulan september adalah salah satu moment yang bagus untuk melihat keindahan sunset di pantai ini.

Dari arah belakang terdengar suara motor mendekat ke arahnya, Danis masih terpesona dengan keindahan sore Parangkusumo. Semakin dakat tiba–tiba ia dibuat kaget oleh suara klakson motor tersebut.

tiiit titt

“Sialan” gerutu danis dalam hati, kemudian ditengoknya arah belakang.
“Mas Danis, Jangan kebanyakan nglamun lo” suara seorang perempuan
Ternyata Risa, panitia konsumsi. Mahasiswi semester 3 dari Bandung
“Butuh boncengan ga Mas” sapanya dengan wajah ceria
“Duluan saja Ris” jawab Danis dengan senyum yang dipaksakan
“Okelah Mas, daaa” Risapun berlalu mengejar rombongan

Percaya atau tidak, telah lama diam–diam Risa menaruh hati pada Danis semenjak mengenal pemuda itu semenjak Ospek. Namun sayang gayung itu belum bersambut jua, namun Risa tak pernah padam. Ia hanya mencoba menaruh harapan.Danispun sebenarnya sudah mengetahui bahwa Risa menaruh hati padanya, namun ia tak memberi tanggapan apapun akan hal tersebut.

Entahlah Mengapa suasana sore itu membawa pikiran Danis pada seorang perempuan yang telah membekukan hatinya. Seseorang bernama Indah yang hadir pada tahun terakhir SMA. Seseorang yang mampu membuat Danis rela melakukan apapun dan yang telah membuat hatinya gelap diliput kabut. Apalah yang istimewa dari Indah pikirnya. Rasa benci ataukah masih ada perasaan padanya. Ia sendiri masih kabur memahami ini. Bukankah di Jogja ribuan mahasiswi cantik menjamur di tiap – tiap sudut. Lagipula soal penampilan dia juga tidak begitu jelek, malah banyak lawan jenis yang memuji tampangnya. Kadang ia menertawai dirinya sendiri. Sungguh konyol, tapi begitulah kenyataannya.

Malam itu cuaca cerah, langit malam berhias bulan sabit bersama bintang – bintang kemilauan menampakkan keindahannya. Semua peserta terlihat membentuk sebuah lingkaran besar di gumuk pasir malam itu. masing masing dari mereka membawa senter dan di tengah lingkaran tersebut tersulut puluhan lilin besar yang berlindungkan cerobong kaca  membentuk piringan besar seperti api unggun. Malam sudah nampak sepi, meskipun waktu baru berada pada angka 9 malam. Yang terdengar hanyalah suara semilir angin malam dari laut selatan. Sudah saatnya acara perenungan, dimana sehabis matahari tenggelam hingga sekarang mereka telah melakukan bermacam kegiatan seperti games serta solidarity time yang lumayan menguras tenaga.

Sang pembawa acara sudah berada di tengah lingkaran, ia sepertinya sudah bersiap dengan berbagai cerita maupun gombalan sandiwara untuk disuguhkan kepada mahasiswa – mahasiswa tersebut seperti tahun-tahun sebelumnya. Danis beserta panitia lain berada dibelakang peserta. Mungkin ini akan sedikit memberikan hiburan baginya. Tak jauh, terlihat Risa yang dari tadi mencuri pandang pada Danis. Dilihatnya Danis Malam itu dengan samar–samar, wajah yang tertampak cahaya lilin itu begitu memesona hatinya. Lain halnya dengan Danis yang pandangannya  tertuju pada lilin–lilin di tengah sana. Ia sibuk bergumul dengan pikirannya.

Mengapa dulu kukenal Indah, mengapa ku mengenalnya dan bodohnya mengapa ku mencintainya. Mengapalah ia tak mau pergi dari pikiran ini, apalah yang salah denganku ini ? banyak wanita yang menanti, namun tetap saja perempuan satu ini selalu datang membayang” Pikirannya masih menerawang, sampai beberapa saat sebelum tersadar kembali logikanya.

Terdengarlah suara pembawa acara yang mencoba membuat suasana menjadi lebih hening dan Khidmad ”....terimalah masa lalu yang sudah terlampau, biarlah ia mengalir ke muara, jangan kau halangi jalannya dengan egomu. hidupmu adalah sekarang, bahagiamu ada di depan ...”kata pembawa acara.

Betapa bodoh seorang lelaki memikirkan perempuan yang berkhianat, betapa bodoh seorang lelaki yang bergelut dengan perasaan menciutkan, betapa bodoh lelaki yang lupa akan rahmat sekarang dan harapan masa depan, Oh God. How stupid me....”

Setelah perenunungan, seluruh peserta di persilahkan untuk istirahat sembari menunggu jam 12. Mereka diminta untuk tidur di lautan pasir ituataupun kalau tidak bisa menikmati suguhan langit malam. Semua panitia mulai bersiap untuk kegiatan selanjutnya, yakni perjalanan menuju bukit Gupit. Bukit ini berada di sebelah timur parangtritis dan memerlukan waktu tempuh berjalan kaki selama satu jam dari parkir kendaraan. Beberapa diantara panitia sudah sibuk mempersiapkan pos dalam perjalanan. Semua panitia yang tidak mendampingi peserta mulai berjalan duluan untuk menempati pos mereka. Dan kebetulan Danis dan Risa menempati pos yang sama di pos terakhir yang ada di dekat puncak Gupit.

Mereka berjalan beriringan bersama teman teman panitia yang lain, mereka memilih berjalan dibelakang. Awalnya risa terlihat bersemangat untuk memperturut rute jalan yang lumayan terjal dan panjang itu, ia beberapa langkah didepan Danis ingin mengejar teman yang lain. Danis terheran, sungguh lucu melihat tingkah perempuan di depannya ini, ia hanya senyum-senyum sendiri di perjalanan itu, namun senyum itu tersamarkan oleh gelap malam tanpa penerang. Risa tak mengetahui hal tersebut. Beberapa saat kemudian dilihatnya risa berhenti berjalan. Dilihanya ia nampak kelelahan mendaki jalan bukit tersebut. Nafasnya terengah - engah.

“Mas, pos kita masih jauh tidak ?” katanya
“masih lumayan Ris” jawab Danis dengan senyum tersamar
“Lumayan jauh ?”
“ya begitulah, masih ada tiga tanjakan lagi” jawab danis
“Mampus”

Mereka berdua mulai jalan lagi, Danis berjalan santai saja. Beberapa teman panitia sudah menempati pos mereka masing - masing. Risa ada di depan, tak berselang lama ia kembali berhenti.

“Mas, istirahat aja dulu ya, sumpah capek banget”
“tinggal satu tanjakan Ris, nanggung banget berhenti disini” jawab Danis terkekeh
“aduh, sebentar ajalah mas”
“di depan situ pemandangannya bagus lo, pos kita ada di situ”
“huh...” gerutu risa mulai melangkahkan kaki. Ia terpaksa daripada ditinggal sendirian

Merekapun kembali berjalan menapaki tanjakan terakhir, risa tak mau kalah ia tak ingin dianggap lemah, ia berjalan buru – buru didepan.
“santai aja Ris”

Danis tersenyum saja. Dan kemudian teringat kebajikan bahwa kala mendaki sebuah gunung ataupun yang serupa, akan terlihat bagaimana sifat asli orang tersebut. Ia melihat tingkah Risa yang kelihatan childish itu dan tak sadar bahwa perlahan timbul benih suka dihatinya. Segeralah Danis mendekati Risa yang berjalan semakin melamban karena terengah – engah.

“Biar aku yang bawa ranselmu” sergah Danis mengambil tas Risa di punggungnya. Risa tak menjawab, ia hanya menunduk kelelahan dan sepertinya mengiyakan. Ia berpikir sejenak apakah ini sinyal dari Danis.

Tanjakan terakhir memang yang paling berat, Risa seolah sudah tak mampu lagi berjalan

“Masih jauh mas ?”
“Udah deket kok, santai aja ris, Gak usah terburu – buru”

Tiba–tiba Risa menggamit lengan Danis untuk berpegangan, dirasainya lengan dan jari pemuda itu. Danis hanya diam, pikirannya mencair seolah kebekuan masa lalunya mencair seketika itu juga. Digenggamnya erat tangan Risa dan dibantunya ia naik keatas. Dan tak berselang lama sampailah mereka di pos puncak. Sembari menunggu kedatangan peserta ke pos mereka menjulurkan kaki di dekat tebing itu menikmati keindahan kerlap kerlip lampu kawasan parangtritis yang begitu indah dari bukit atas sana.

Hati itu telah mencair

Menjelang pukul 2 malam, terlihat dalam bayang-bayang berlatarkan cahaya kerlipan lampu, Dua sosok tersebut telah bersanding dalam sebuah ikatan perasaan. Mungkin memang sudah saatnya untuk melepaskan yang telah berlalu.

Dan pagi itu mentari tampak begitu indah, dan semua peserta seolah tersenyum dipagi itu kepadanya. Entahlah...


(Terinspirasi dari lagu The beatles - Here Come the Sun)

Resensi Novel Hujan Bulan Juni

Novel ini adalah sebuah pengembangan dari puisi - puisi Sapardi djoko damono yang berjudul sama. untuk ukuran sebuah novel, Panjang dari novel ini termasuk singkat, jumlah halamannya tidak lebih dari 135 halaman. Yang menarik perhatian dari novel ini adalah bahwa karya ini bersumber dari puisi - puisi dasyat dari Sapardi.

Novel ini bermula pada kisah seorang dosen Muda Universitas Indonesia bernama Sarwono yang berasal, seorang antropolog cerdas yang memiliki banyak prestasi dalam penelitian dalam bidang antropologi. Sarwono digambarkan sebagai sosok yang mandiri dan tak ingin menggantungkan diri pada orang tuannya. sejak kuliah ia sudah terbiasa mengirimkan karya - karya tulisnya ke redaksi penerbitan yang ada di jakarta untuk menyambung hidup dan kuliahnya di sana. Pada kisah ini tertulis bahwa tiga puisinya diterbitkan di surat kabar. puisi ini tak disebutkan diawal cerita, karena puisi inilah nanti yang akan menutup novel ini. Puisinya sungguh dasyat. dan dari semua cerita dibuku ini justru tiga puisi tersebutlah yang paling menarik dan begitu berbobot.

Dalam kisah ini terlukis juga kisah cinta sarwono dengan seorang wanita bernama pingkan. Pingkan adalah seorang bedarah Jawa-Manado yang mana juga merupakan dosen briliant pada bidang kebudayaan jepang di Universitas Indonesia juga. Pingkan mendeskripsikan dirinya sebagai seorang jawa meskipun raut mukanya lebih mirip orang manado. Hal ini sebab ia sejak kecil telah lama tinggal di solo. pada suatu kesempatan mereka berdua di tugaskan oleh pihak kampus untuk melakukan kunjunghan dinas ke Gorontalo untuk membuka sebuah prodi baru di kampus sana. dari perjalanan inilah hati mereka terbuka dan saling terpaut. setelah beberapa hari di sulawesi utara sudah saatnya mereka kembali lagi ke Jakarta, namun sayang mereka tidak bisa balik bersamaan karena pingkan diminta kerabatnya untuk tinggal seberapa hari disana. dan kabarnya disana oleh tantenya memang pingkan ingin dijodohkan dengan seorang menado. Padahal hati pingkan pada saat itu hanya untuk sarwono belaka. pada jarak yang memisahkan, kisah mereka dihiasi dengan saling berkirim pesan singkat melalui whatsaap untuk melepas bilah - bilah rindu pada diri mereka. 

Kemudian kisah terus berlanjut, ibu pingkan menyetujui hubungan mereka begitupun keluarga sarwono. jalan sudah terbuka lebar untuk hubyungannya. namun yang dirasa berat oleh mereka berdua ( terutama sarwono ) adalah perihal tentang kepergian Pingkan untuk menempuh pendidikannya di Kyoto. Sarwono terus terpikir akan kepergian pingkan ke Jepang. karena disana ada seseorang yang menyukai pingkan, dan pingkan dimasa lalunya juga sepertinya terpikat dengan pria jepang tersebut. Pesan - pesan rutin dari pingkan dari jepang tak surut menghilangkan keresahan hatinya. ia sungguh tak ingin kehilangan pingkan, meskipun ia tahu juga bahwa pingkan juga mencintainya. setelah beberapa bulan kepergian pingkan ke jepang, kesehatan sarwono menurun dan ia tak lagi mengirim kabar ke pingkan beberapa hari. Dan ketika pingkan datang ke jakarta bersama mahasiswa bimbingannya ia barulah mendengar kabar bahwa sarwono sedang sakit parah. Tak ayal lah seketika ia berangkat ke solo dan menyerahkan tugas membumbingnya pada pria jepang tadi. dan ketika ia sampai di solo, segeralah ia menuju rumah sakit dan disana sarwono tergelak lemah. ia dijumpai ibu sarwono di luar dan disitulah koran yang berisi tiga puisi itu tadi diserahkan ke pingkan. Berikut Puisinya:

/1/
Bayang-bayang hanya berhak setia
Menyusun partitur ganjil
Suaranya angin tumbang

Agar bisa berpisah
Tubuh ke tanah
Jiwa ke angkasa
Bayang-bayang ke sebermuda

Suaramu lorong kosong
Sepanjang kenanganku
Sepi itu, air mata itu

Diammu ruang lapang
Seluas angan-anganku
Luka itu, muara itu

/2/

Di jantungku
Sayup terdengar
Debarmu hening

Di langit-langit
Tempurung kepalaku
Terbit silau 
Cahayamu

Dalam intiku
Kau terbenam

/3/

Kita tiada akan bertemu:
Aku dalam dirimu

Tiadakah pilihan
Kecuali di situ?

Kau terpencil dalam diriku
*


Friday, November 20, 2015

Resensi Novel Ronggeng Dukuh Paruk



Ronggeng dukuh paruk adalah novel trilogi yang berkisah tentang kehidupan seorang ronggeng. berikut adalah resensi singkat dari ketiga novel tersebut:

Buku pertama:
Berkisah tentang Rasus dan Srintil sebagai tokoh point dalam buku ini.Namun sudut pandangnya lebih banyak bertumpu pada Rasus. Rasus adalah pemuda ABG Yatim piatu yang ditinggal mati oleh orang tuanya karena sebab bencana keracunan tempe bonggrek bersama belasan anak lainya di dukuh paruk. Sedangkan Srintil adalah seorang gadis 3 tahun lebih muda dari Rasus yang mana ia adalah calon Ronggeng di Dukuh Paruk.

Kisah ini berlangsung di dukuh paruk, dukuh kecil yang jauh dari kota dan terasing. Dukuh ini terkenal dengan budaya ronggengnya (penari penghibur) kemiskinan, kebodohan, kecabulan dan keterbelakangannya. Masyarakat dukuh paruk yang tak lebih dari 25 rumah tangga ini sangatlah kental akan kebiasaan yang berbau mistis. Ronggeng merupakan kehidupan mereka, tiada peduli kemiskinan dan kemelaratan menggelayutinya. Anehnya mereka menganggap perbuatan cabul adalah hal yang tak perlu dirisaukan bahkan kelakuan cabul suami kepada ronggeng malah menjadikan mereka para istri bangga bukan cemburu jika pada perempuan umumnya. Hal inilah yang ditentang oleh pikiran Rasus. Ia tak bisa menerima budaya ini dan membenci budaya dari asal moyannya ini.

Rasus kemudian meninggalkan kampungnya ini dan beberapa tahun kemudian ia menjadi seorang tentara dan menjadi kebanggaan kampungnya.

Hikmah dari kisah ini adalah bahwa :
1.Jangan pernah ada keraguan dalam hidup. Ia ia, tidak tidak.
2.Terkadang apa yang menurut kita benar dari sudut pamdang kita belum tentu benar bagi kita dimasa yang akan datang. Karena pengetahuan yang terbatas saat ini. Karena memang hidup merupakan proses pembelajaran tiada akhir.

Buku kedua
Bercerita bertumpu pada sudut pandang srintil. Buku kedua ini mengisahkan perjalanan pergulatan diri srintil setelah ditinggal oleh Rasus. Ia kecewa dan sangat sedih, namun semua itu berujung pada sikap srintil untuk membalas dendam atas sikap Rasus. Balas dendam dalam arti pergulatan dendam dengan melampiaskan emosi dari dalam diri. Di kisah ini srintil semakin memaklumi dan paham akan lelelakian. Dan pada beberapa alurnya, ini bercerita tentang srintil yang menjadi semacam istri percobaan bagi seorang pria yang mungkin dirasa bersikap keterbelakangan mental. Dan kisqh ini berujung akan srintil ingin berhenti menjadi Ronggeng.

Hikmah: 
1.Tentang bagaimana memahami seseorang dengan ciri fisik, tabiat dan cara bertutur kata. Memahami orang lain dari bahasa tak terucap namun terlihat.
2.Pergulatan diri akan selalu terjadi pada diri seseorang. Dan itu semua akan semakin mendewasakan pikiran .

Buku Ketiga
Kisah terakhir ini adalah puncak dari cerita dukuh paruk ini. Srintil telah membulatkan tekat untuk berhenti menjadi seorang ronggeng, ia ingin menjadi wanita sejati. Wanita yang dicintai seorang pria seutuhnya, bukan sekedar kembang pelampiasan dari nafsu kelelakian. Ia juga berkeinginan untuk menjai ibu rumah tangga. Dalam kisah ini Srintil semakin sadar akan pemahamannya yang keliru akan ronggeng. Saat itu ia sudah berusia 23-25 tahun. dan hidup dalam keterasingan dan rasa bersalah karena disebut-sebut terlibat dalam gerakan PKI saat itu.

Sedangkan Rasus, ia masih bertugas di kalimantan sebagai seorang tentara. Begitupun rasus, ia juga amat sangat kesepian. Tiada siapa-siapa lagi tempat baginya untuk bersandar atau sekedar berpulang. Namun pikirannya masih saja tertancap di tanah kelahirannya, dukuh paruk nan jauh di jawa. Ia juga masih sering kepikiran srintil namun entahlah ia merasa ragu untuk menjadikannya sebagai seorang istri.

Dilain pihak srintil yang begitu berharap akan cinta Rasus Mulai menjalin hubungan dengan seorang kepala proyek yang berpura pura bersimpatik terhafap srintil demi sebuah proyek. Srintil telah kehilangan harapan akan rasus dan harapan satu-satunya adalah pada laki laki kepala proyek tersebut. Ia sudah pasrah dan sangat menggantungkan dirinya pada lelaki tersebut. Namun ketika ia tahu bbhwa ia diperalat. Hancur leburlah harapan,impian srintil. Maka semenjak itulah srintil kehilangan kewarasannya. Dan ketika Rasus Balik kekampung halamannya dengan keinginan untuk menjenguk kampungnya. Ia tetsadar, bahwa gadis yang dulu dicintainya ternyata jadi gila, dan di akhir cerita Rasus mendapatkan pencerahan akan apa yang ia cari selama ini.

Hikmah:
1.jangan terlalu berharap berlebihan kepada seseorang. Sewajarnya saja
2.Kesombongan, keakuan bisa menghalangi kebenaran.
3.Seringkali memang kesepian selalu menjadi musuh buruk bagi jiwa.

Thursday, November 19, 2015

Resensi Novel The Sweet Sin


Kata yang cukup mewakili Novel the sweet sin karya Rangga wirianto putra ini adalah Menarik dan lumayan menghibur. Novel ini berkisah tentang Cinta sesama jenis antara Reino seorang mahasiswa berusia 20 tahun, yang mana merupakan seorang gigolo dan partygoers yang digandrungi tante-tante dengan Ardo seorang penyiar berita di stasiun TV lokal berusia 25 tahun. Kisah ini bersetting di kota pelajar Yogyakarta pada tahun 2011-2012.

Reino yang seorang gigolo dimana kehidupannya berantakan akibat masa lalu keluarganya dipertemukan secara tidak sengaja dengan Ardo ketika Reino ditemukan olehnya pingsan setelah dihajar oleh segerombolan pria yang membencinya. 

Dan dari situlah kisah mereka bermula, Reino merasa Ardo adalah sesosok seseorang yang sepertinya hilang dari kehidupannya(Ayahnya yang meninggalkan keluarganya). Ardo cerdas dan dewasa, Reino selalu mati kutu dengan kata-katanya. Ia juga merasa aman dan diperhatikan oleh Ardo. Dan entahlah tiba - tiba ia merasakan sesuatu hal yang aneh saat bersama Ardo, ia berusaha menolak perasaan itu karena mana mungkin ia yang seorang gigolo kakap bisa menyukai seorang laki - laki. namun entahlah setelah beberapa kali pertemuan akhirnya Reino menyerah dan seolah gayung bersambut disaat mereka liburan di merapi mereka resmi menjalin hubungan. Meskipun Reino masih dengan ketidakpercayaanya bahwa ia bisa menyukai laki - laki.

Seiring waktu bergulir hubungan mereka semakin intim dan dalam. Dan puncaknya ketika tersurat kabar bahwa Ardo akan dijodohkan oleh orang tuanya. Disinilah gejolak hubungan mereka, Reino tidak menginginkan hal ini dan ketika Ardo memberi tahu bahwa ia menerima tawaran dari orang tuanya itu (terpaksa karena keadaan ayahnya yang sakit dan pertimbangan rasional ) Reino terguncang dan ia menghindar dari Ardo bukan karena benci melainkan karena terlalu menyayangi Ardo dan tak ingin melepaskannya. Dan pada saat menghilang itulah ia belajar akan hakikat mencintai dan melepaskan. Dan ia sudah putuskan bahwa ia harus menerima keputusan itu,namun ketika ia sudah kuat dan berniat melepaskan Ardo, Disaat ia memutuskan untuk menemui Ardo untuk membicarakan hubungan mereka, giliran Ardolah yang tak ingin melepaskan Reino, ia merasa begitu menyesal atas keputusannya itu. Namun Reino sudah memutuskan untuk melepaskan Ardo agar ia menikah dengan Rezta. Meskipun sesungguhnya ia sangat berat untuk melepaskan Ardo. Dan akhirnya merekapun berpisah dengan cara yang baik dengan segala keharuan dan kegundahan antara keduanya. Dan semenjak itu Reino berusaha untuk tidak memikirkan Ardo, biarlah ia jadi kenangan.

Akhirnya setahun kemudian Ardo dan rezta menikah. Dan Reino lulus kuliah dan ia dapat beasiswa ke Belanda.
"Ketika kita memutuskan untuk siap memiliki, maka kita harus siap pula untuk melepaskan"

Semoga Resensi novel the sweet sin ini bisa menjadi referensi sebelum anda memutuskan untuk membelinya.

Resensi Novel Madame Bovary

Madame Bovary adalah sebuah novel klasik yang berkisah tentang kehidupan seorang wanita cantik bernama Emma dalam menjalani hidup bersama seorang dokter bernama Charles Bovary. Novel ini berkisah pada abad pertengahan 18 yang bersetting di Prancis. Kesan pertama ketika membaca alur ceritanya ialah adanya nama-nama yang hampir sama pada tokoh, padahal sebenarnya hal tersebut adalah nama keluarga atau kiasan layaknya seperti di indonesia. Sehingga akan membingungkan bagi pembaca yang belum terbiasa dengan gaya penyampaian inisial seperti itu. Cerita diawal memang relatif datar, namun semakin kebelakang semakin menarik meskipun dengan gaya cerita yang sangat deskriptif. Novel ini juga lumayan tebal 506 halaman.

Alur cerita pada novel Madame Bovary:
Emma menikah dengan seorang dokter. Dokter ini memiliki karakter yang menurut Emma sangat membosankan, kurang peka, dan bahkan menurutnya bodoh dalam hal hubungan keluarga. Sungguh bukan karakter suami yang di idamkannya. Meskipun Charles adalah tipe pria yang setia. Setelah mengarungi beberapa tahun pernikahan Emma merasa semakin kosong, hampa dan menderita dengan keadaan yang dialaminya. Saat itu uang dan kehormatan bukan menjadi perhatiannya, ia hanya memkirkan tentang hati dan perasaannya yang hampa dalam pernikahannya. Setelah beberapa tahun akhirnya ia dan charles dikaruniai seorang anak peremuan yang diberi nama berthe. Berthe lebih banyak diasuh oleh oleh pembantunya(felicite) daripada oleh ibunya sendiri. Sehingga emma semakin terbenam kedalam perasaanya tersebut.

Dan pada akhirnya, kekeringan jiwa tersebut menariknya untuk melakukan perbuatan - perbuatan yang berbahaya dan bahkan keji. Ia melampiaskan kekosongan tersebut dengan jalan perselingkuhan. Pria pertama yang menjadi teman selingkuhnya adalah Leon, Pemuda yang usianya lebih muda darinya yang bekerja pada tetangganya di firma hukum. Leon kebetulan juga tergila-gila dengan emma sehingga jalan untuk melakukan perselingkuhan tersebut semakin terbuka. Namun ketika leon harus melanjutkan pendidikannya ke kota, Emma kembali merasa hampa. 

Kemudian muncul pria pengganti bernama Rhodolpe, seorang playboy yang suka mendominasi dalam hubunngan. rhodolpe inilah pria yang membuat Emma sungguh tergila - gila. emma telah takluk kedalam pelukan pria ini. Emma rela melakukan dan bahkan memberikan apapun untuk pria ini. Namun sebenarnya Rhodolpe tidak lain hanyalah mencari kesenangan seks belaka. Rhodolpe pernah berjanji untuk membawanya kabur dari kehidupannya sekarang. namun ia membatalkan dan meninggalkan emma. emma hancur lebur karena hal tersebut, ia hampir gila karena ditinggalkan oleh Rhodolpe. dalam keadaan yang demikian justru charleslah yang setia menemani. Namun sungguh sayang, kebaikan dan cinta Charles tersebut tak dapat menembus hati Emma. Emma masih saja merasa dirinya hampa, kosong dan tidak bahagia. Padahal suaminya orang terpandang, berkecukupan, ia juga memiliki anak yang cantik. Ia merasa bahwa pernikahannya dengan charles adalah kesalahan besar. 

Setelah beberapa bulan berjalan akhirnya Emma sembuh juga dari sakit yang disebabkan oleh kedukaan karena pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Rhodolpe. Ia berusaha untuk melupakan pria tersebut sebisanya meskipun dirasa memang sangat berat ia rasa. suatu ketika tanpa sengaja ketika ia dan Charles datang ke kota untuk melihat opera, mereka bertemu kembali dengan Leon. Dari situlah hubungan terlarang yang dulu sempat padam kini bersemi kembali. Emma sebenarnya sudah tak ingin menjalin hubungan dengan Leon, namun karena godaan dari Leon yang menggairahkan dirinya serta karena adanya perasaan kosong yang masih menghantuinya. Jatuhlah ia kembali ke hubungan gelap itu. namun pada hubungan kali ini Emma lebih mendominasi Leon daripada yang sebelumnya.

Emma semakin menggila dengan kehidupan gelapnya, ia sungguh tiada peduli lagi akan beban beban yang ia berikan kepada charles dengan gaya hidupnya yang flamboyan dan boros. utang demi utangpun tidak dapat terhindarkan, ia tak peduli asalkan ia mendapatkan kebahagiaan yang dicarinya. Utangnya semakin lama semakin berkembang dan menumpuk hal ini disebakan karena ia meminjam utang tersebut kepada seorang rentenir yang memperdayanya. dan pada akhirnya ketika tagihannya membengkak dan ia tak dapat melunasinya, disitalah rumah Charles satu - satunya. ia sungguh merasa bersalah kepada Charles akibat sikap - sikapnya selama ini. Ia berusaha mencari pinjaman, baik kepada keluarga, tetangga maupun mantan kekasih gelapnya yang kesemuannya membuatnya kecewa, terutama Rhodolpe dan Leon. Ia sungguh putus asa dan ingin mengakiri penderitaan hidup yang ia alami selamma ini. Iapun akhirnya meracuni dirinya sendiri dengan arsenik dan esoknya ia meninggal.

Charles menyalahkan dirinya sendiri akan kematian Emma, ia merasa kematian tersebut adalah karena dirinya yang tidak dapat membahagiakannya ( padahal ia adalah korban ). Suatu ketika ditemuinya surat - surat cinta Emma dari Rhodolpe yang tersimpan di lemari emma. ia shock mengetahui hal tersebut. namun yang aneh justru ia memaklumi hal tersebut dan ia kembali menyalahkan dirinya. Dan karena kesedihan dan kesepian yang dilandanya akhirnya Charles pun menyusul emma, sedangkan Berthe ikut bibi nya dan menjadi pekerja kasar.

Meskipun tokoh pada novel Madame Bovary ini tidak berakhir bahagia, namun banyak hikmah yang bisa dipetik dari kehidupan tokok-tokohnya. Semoga resensi novel ini bisa memberikan sedikit informasi tambahan bagi anda yang berencana untuk membelinya.

Joni Telah Pergi

Denting suara jarum jam bergema pelan di dalam pikiran ini, tiap detik yang ditempuhnya semakin memperdalam halusinasi. Aku yang seorang diri bertemukan mata ini pada sebuah album foto yang tak sengaja dahulu terabadikan. Foto yang tidak lain hanyalah beberapa gambaran tak bertema seperti kail pemantik masa lalu. Dalam album itu terdapat kumpulan foto – foto yang diambil saat acara kantor di tepian pantai barat setahun silam. Acara yang biasa dilakukan ketika ada karyawan baru dari kantor. Semacam penyambutan. Kala itu acara dibuat untukku, seseorang dari tanah jawa yang baru saja lulus dari bangku kuliah. Seseorang yang baru menginjakkan kaki di tanah kalimantan. Serta seseorang yang belum begitu paham akan bahasa persahabatan. 

Mataku masih saja terpana pada sebuah foto selfie yang entah mengapa dua hari ini selalu menjadi perhatian dalam benak ini. Membayang selalu dan entah mengapa foto ini membuat diri ini jatuh kedalam kubang kesedihan, kesedihan yang hadir karena kerinduan yang muncul begitu saja terkenang akan masa lalu. Didalam foto tersebut terbingkai kami berlima dari divisi finance yang sedang asik menikmati senja bersama – sama, berlatar langit senja dengan kawan lain yang sedang asik dengan bola volinya. Aku, Joni, erwin, Daniel dan Robert. Namun entahlah, mengapa mataku tak berhenti untuk memandangi orang yang satu ini, Joni. Si raja lawak yang baru saja mengajukan resign dari kantor untuk melanjutkan pendidikannya ke inggris. 

Joni adalah orang pertama yang kukenal di kantor ini, itupun ia yang berinisiatif memperkenalkan diri kepadaku. Ia memang kocak dan tindakannya sangat konyol bahkan terlihat bodoh. Meskipun aku tak pernah tahu pasti akan bagaimana sebenarnya dirinya.Karena aku memang jarang menggali informasi akan dirinya bahkan ketika ia kerap kali mencoba ingin menjalin persahabatan denganku, namun yang kadang mengherankanku ialah ia termasuk karyawan berprestasi di kantor. Di kantor aku memang dikenal sebagai orang yang dingin, serius dan kurang humoris. Jadi mungkin wajar hanya beberapa orang saja yang ingin berdekatan denganku, Selebihnya tak lebih dari sekedar hubungan professional kering belaka. Namun joni tidak demikian, ia tak mempedulikan perkataan atau anggapan tersebut. Ia sepertinya malah ingin berteman denganku meskipun seringkali aku bersikap seperti tiada peduli dengan hal tersebut. 

Entahlah pikiranku kembali menerawang saat mendengar kabar pengunduran dirinya lusa kemarin. Pagi itu aku seperti biasa, berjalan kaki ke kantor yang terletak di area perkantoran kota pontianak. Jarak kantor memang tak begitu jauh dari kontrakanku. Pagi itu kujumpai Joni yang juga hendak berangkat kerja 

“Hei,good morning, How are you buddy ? tanyanya riang 
“Baik”. Jawabku singkat dan tak acuh 
“How about your weekend ?” 
“baik. eh, kau lahir di inggris ya ? ”sindirku 
“wow, no no no. Im indonesian. Im just trying to get better on that language”. Jawabnya melawak. 
“Do you have hear any rumors ?” sambungnya 
“Rumor apa ?”
 “ohh, nothing. forget it” 

Dan tak berselang lama kami sudah sampai di kantor. Kami seruang karena memang berada pada divisi yang sama, divisi finance pada perusahaan pertambangan biji besi yang berkantor pusat di Pontianak.  Meja kerja Joni berada di seberang pojok yang agak jauh dari mejaku. Pagi itu suasana ruangan finance terasa ada yang sedikit berbeda, kulihat beberapa staf HRD mengunjungi Joni untuk kesekian kali. Entah apalah gerangan, tak tahuku pasti hanya tidak seperti biasanya saja. Pada sekitaran pukul 10.00 ia menyampaikan perihal pengundurannya. Aku terkejut mendengarnya. Seperti tidak percaya saja akan hal itu. Memang aku bukan orang yang begitu peduli dengan dirinya selama ini, bahkan acapkali aku meremehkan leluconnya yang kurasa kurang menarik. Namun dia tidak pernah menghindar karena sikapku tersebut. Bahkan ia berusaha untuk menjalin persahabatan denganku. 

Tapi kenapa disaat ia akan pergi kurasakan seperti ada yang hilang. Entah apa sebab namun demikianlah adanya. Tak lama kemudian Daniel menghampiri Joni yang memang meja kerjanya tidak begitu jauh. Kudengar agak jelas percakapan mereka. 
“Jon, tak ada hujan tak ada angin, kau tiba-tiba hendak resign. Ada masalah sama bos ?” Tanya Daniel 
“Haha gak ada, aku cuma mau melanjutkan studi. lamaran beasiswaku ketrima” jawab Joni 
“Kemana ?" 
“Ke Inggris, chevening award” “wahhh, hebat kau” 
Erwin dan Robert pun segera bergabung dengan mereka. Ditanyailah Joni oleh mereka. Sedangkan aku masih saja berpura –pura sibuk dengan laporan bulanan. Padahal telinga dan pikiran ini tertuju kepada perbincangan mereka. 
“kapan kau balik ke jakarta ?” tanya Erwin 
“Besok pagi” “Wah buru - buru amat, Okelah good luck aja jon, jangan lupa ngasih kabar ke kita ya” sahut Robert 
“ sippp” jawabnya sambil tersenyum tipis 

Waktu menunjukkan waktu istirahat siang, semua karyawan satu demi satu bergegas keluar. Kala itu aku masih dalam ruangan dan joni terlihat sibuk mengemasi barang – barangnya. Tadi ia sudah berpamitan dengan teman – teman kantor lainnya. Tinggal aku saja sepertinya belum menanyai, entahlah mengapa egoku begitu besarnya, bahkan untuk sekedar menanyai seseorang yang tak akan lama lagi hendak pergi. 

Dan akhirnya ia datang sendiri kepadaku 
“Hei Ron, kelihatannya lagi sibuk ni “tannyanya 
“iya deadline akhir bulan”jawabku
“Ron aku pamit dulu ya, sorry kalau mungkin selama ini aku ada hal – hal yang kurang berkenan” tuturnya serius meskipun kulihat ada keharuan di wajahnya. 

Aku tak memberikan sebuah jawaban, hanya sedikit menganggukkan kepala. Meskipun sebenarnya aku ingin bercakap banyak hal padanya. Lidahku seperti terkunci untuk berbicara. Aku ingin berterima kasih kepadanya. Terima kasih karena tanpa kusadari kekonyolannya selama ini memiliki tempat tersendiri bagiku. 

“Ok Sob, aku cabut dulu. See you next time” ucapnya sambil menyalami ku. 

Dan iapun segera berlalu. sungguh kusumpahi diriku saat itu, mengapa hanya berdiam diri saja tidak berusaha melakukan sesuatu untuk memberikan kesan terakhir, sebuah penghormatan kepada seseorang yang mungkin takkan berjumpa lagi. Lalu tanpa berpikir panjang, segeraku bergegas turun ke lobby bawah untuk mengejar Joni, kutinggalkan meja kerjaku berserakan dengan laporan yang belum selesai tersebut. Hah apalah pentingnya kertas – kertas berangka bodoh tersebut. Esok juga kan kujumpai lagi. 

Joni sudah berada di lobby utama gedung kantor, kususul ia segera. Setelah ada tak jauh darinya kupanggil ia 
“Jon, tunggu” 
“Hei, ada apa ron ?” sedikit keheranan 
“besok kau terbang jam berapa ? 
“ jam 7 pagi”
“besok ku antar ke bandara ya ?” 
“mmm, bolehlah kalau kamu ngga sibuk” mukanya keheranan melihat tingkahku 
Itulah mungkin kesempatan terakhir, aku tak ingin sesal panjang menghampiriku karena ego ini. 

Esok pagi kujemput joni di kontrakannya, kusewa sebuah mobil MPV untuk mengantar ia ke bandara supadio di Kuburaya. Aku tak peduli kalo hari ini harus telat untuk bekerja ataupun kalau perlu tidak masuk saja sekalian. Ia nampak heran melihat tingkah ku ini. Mungkin ia baru kali pertama ini melihatku berbuat seperti demikian. Ia hanya tersenyum pagi itu, mungkin ia melihatku lucu saja orang yang begitu dingin ini kiranya juga bisa melakukan hal – hal yang aneh juga. Jam 6.35 sampailah kami. 
“Makasih Ron sudah mau repot – repot ngantar ke sini” 
“biasa ajalah”jawabku 
“Oke, pesawatnya kayaknya udah mau berangkat ini, aku harus segera cabut. eh, nanti jangan lupa ngasih kabar” 
“Dan aku pengen pesen padamu, kau jangan terlalu serius – serius amatlah, kamu harus banyak tertawa” katanya dengan mata meyakinkan. 

Kemudian ia menyergapku untuk beberapa saat lalu segera bergegas masuk ke dalam bandara. Aku masih berdiri di lobby depan mencoba mencerna kata-kata yang barusan diucapnya tersebut. Sekarang barulah aku tahu akan apa yang ia lakukan selama ini dengan segala lelucon itu. Tepat jam 7 pesawat yang di tumpanginya segera lepas landas. Dan pesawat itupun kini telah berhasil membawa sepotong bagian dari kehidupanku yang maknanya baru kusadari saat ini. Selamat jalan kawan terima kasih atas hiburannya selama ini, semoga kelak dapat berjumpa kembali. 

Kututuplah album itu dan segera kumatikan ponselku.         

Sumber gambar: amitytravel.co.id