Saturday, October 29, 2016

Walking to The Sunset

Yang tercinta Bapak & Ibuk disana,

Pak Buk bagaimanakah kabar ? sudah teramat lama diri ini tiada bersua dengan kalian berdua. bagaimanakah keadaan disana ? Banyu harap kebahagiaan dan kedamaian selalu tercurahkan kalian. kalau aku sendiri baik - baik saja disini.

Ketika kutulis surat ini aku sedang berada di Jogja, Kota yang dahulu pernah Bapak & ibu ceritakan kepadaku. Kini aku sudah berada di kota itu, untuk memujudkan apa yang dahulu kalian pesankan. Saat ini Banyu kuliah dan sudah menginjak semester akhir. sungguh Banyu tak pernah mengira bisa benar - benar berada di kota ini. namun kenyataannya demikaianlah. Banyu benar-benar bisa kuliah. Entahlah beberapa hari ini aku selalu bermimpi bertemu dengan Bapak dan Ibuk. Mimpi - mimpi itu membangkitkan kenangan - kenangan saat masih bersama dahulu.

Untuk Bapak aku masih teringat akan banyak hal yang dahulu pernah terlewati selama kita sekeluarga masih utuh. Aku masih teringat kala aku masih berumur 6 tahun suatu malam sebelum tidur Bapak menceritakanku tentang pengalaman bapak saat berada di Jogja, tentang eloknya kota itu yang penuh dengan muda mudi intelek. Cerita yang melambungkan harapanku kala itu dan malam itupun Bapak bilang ingin membelikan Banyu sebuah sepeda untuk bisa digunakan untuk ke sekolah. Tentulah Banyu sangat senang dan esoknya kita sekeluarga ke pasar.

Saat di pasar Bapak langsung menuju toko sepeda, sedang aku dan Ibuk menunggu di luar toko. Bapak terlihat bersemangat saat masuk ke toko tersebut. Dari luar kulihat Bapak sepertinya berusaha untuk tawar - menawar dengan pemilik toko. Dan ternyata uangnya tidak mencukupi. Muka Bapak kala itu merasa bersalah ketika harus mengatakan bahwa "kita batal beli sepeda Nyu, uang Bapak kurang". Kala itu Banyu sangat sedih, namun Bapak segera mengalihkan perhatianku dengan mengajakku untuk jalan-jalan ke alun-alun kota yang tak jauh dari pasar dan membelikanku berbagai makanan yang kusuka. Banyu tak pernah lupa itu. karena tak lama sesudah hari itu Bapak harus berpulang kepada Allah SWT.

Semenjak Bapak tiada Ibuklah yang menjadi pahlawan bagiku, banyak sekali pengorbanan yang telah ibuk lakukan dan Banyu tak dapat menghitungnya satu demi satu. Namun ada beberapa moment yang Banyu tak akan pernah lupa, seperti ketika Ibuk harus bersepeda sejauh 10 km untuk menjemput raporku, lalu bagaimana susah payah berjuang kesana - kemari mencukupkan keperluan sekolah Banyu. Banyu hanya mengamati saja selama itu dan hanya bisa belajar saja untuk membalas upaya besar tersbut. Banyu hanya sedih saja, begitu besarnya pengorbanan Ibuk untuk bisa menjadikan Banyu seperti saat ini. Banyu masih ingat apa yang kutekatkan dahulu dan berjanji bahwa kerja keras Ibuk tak akan Banyu kecewakan. Serta berjanji bahwa nanti jikalau sudah berpenghasilan sendiri maka Ibuk tak perlu bekerja di sawah lagi. Namun apalah daya, setelah lulus SMA Ibuk juga menyusul Bapak kehadapan Tuhan. Belum sempatlah Banyu membalas segala kebaikan dan jasa yang Ibuk lakukan untuk Banyu, disitulah kadang Banyu merasakan kesedihan jikalau mengingat semua itu. namun dari itu pula Banyu mendapatkan kekuatan untuk bergerak mengejar cita-cita yang Bapak dan Ibuk harapkan kepadaku. 

Kini sudah terhitung empat tahun Ibuk telah pergi dan kini di kota ini aku masih berupaya untuk mewujudkan cita-cita itu. Aku akan terus berupaya sebagaimana kubisa, naik dan turun jalan telah kulalui, namun ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang telah kalian lewati. Biarlah jarak antara ruang dan waktu tak terbatas ini memisahkan kita, namun semangat dan harapan dahulu itu takkan pernah padam.

Dari Bungsumu yang tak pernah dirumah, yang hanya ingin terus berjalan menuju matahari di ufuk senja sana.

No comments:

Post a Comment