Ingatkah
kamu waktu itu sahabatku, beberapa tahun
lalu dimana belum ada kenal diantara kita. Kala itu kita masihlah dua
hal kejanggalan yang ada di sudut kota rantau itu, meraba hidup dan menggapai
angan cita – cita. Kini beberapa tahun setelah cerita disana telah habis
masanya dan jarak telah memisahkan kita. Aku hanya ingin sedikit lebih tau
tentang apa yang selama ini menjadi kegelisahan diriku kepadamu. Aku hanya
menduga saja namun aku sebenarnya ingin tahu sebenar-benarnya tentang itu. semoga
kau tak keberatan dengan apa yang menjadi pertanyaanku elama ini. Meskipun mungkin
saja sudah kuketahui apa yang akan menjadi jawabanmu.
***
Indahnya pelangi sore di gunung
prahu kala itu masih terlihat jelas dalam benakku. Itulah pendakian pertama
bagiku, ya memang gunung ini adalah gunung yang ideal bagi orang yang baru
dalam hal dunia pendakian. Sore itu gunung prahu tetaplah memukau meskipun
sebelumnya hujan sesaat datang menyapanya dan menjadikan hawa sejuk disana
semakin menusuk. Apakah kau masih ingat apa yang kita bicarakan bertiga bersama
romi itu tentang rencana – rencana setelah lulus.
“
kalo udah lulus, rencana kalian apa ? “ tanyaku
“
Kerjalah San, mau apa lagi kalo ngga kerja “ Romi singkat
“
Kerja dimana ? “ tanyaku lagi
“
Mmm, dimana ya ? belum tau nih, buat apa sih San nanya hal itu, kita kan baru
beberapa bulan kuliah, santai aja lagi ” jawab romi
“Haha,
bukan gitu, biar jelas aja jalannya nanti. Kalo kamu Dan ? “
“Inginnya
ya kerja dulu di Oil company lalu nikah “ Jawabmu
“Gile
pikirannya udah mau kawin ni Dani, semester 1 aja baru jalan. Wwkwkwk” sahut
romi
“Ya
gapapa toh” jawabmu.
Aku
hanya tersenyum saja dan masih takjub denngan pemandangan senja sore diatas
gunung ini serta indahnya pelangi diatas sana. tak berlangsung lama senjapun
terlihat mulai memudar, cahaya keemasan itupun perlahan mulai tergantikan oleh
remang – remang malam. Sang pelangipun hanya bersisa sedikit hanya menunggu
beberepa saat saja untuk hilang. Dalam benakku aku masih berusaha memahami apa
yang kita bicarakan serta mencari makna dari pemandangan senja sore itu.
Mengapa begitu cepatnya pelangi itu menghilang. Seiring berjalannya waktu
akupun mulai mengenal lebih dalam siapa – siapa kalian yang sesungguhnya, aku
mulai paham dengan tingkah dan hobi – bobi kalian yang sebelumnya belum
kuketahui. Dan mengenai dirimu aku lebih paham lagi, aku tahu akan kepandaianmu
menyembunyikan emosi dalam dirimu. Meskipun mulut diam tak berucap namun semua tingkah
laku berbicara dengan jelas kepadaku. Terutama ketika kita saling bersipandang,
teramat jelas disana. Tapi biarlah kuanggap itu hanya persangkaan yang tidak
masuk akal aja.
***
Kamu juga pasti masih ingat, diakhir
semester 4 kukenalkan seseorang
kepadamu. Seseorang yang kini telah menjadi pendamping hidupku. Ya, Linda.
Gadis sederhana dari kampus sebelah. Malam minggu itu kebetulan adah hari kedua
resminya hubungan kami. Dan kala itu aku belum memberitahu akan hal ini kepada
kalian. Malam itu Linda datang ke kontrakan kita. Ia ingin mengajakku nonton
launching film perdana di bioskop langganan kita. Acaranya jam 8 malam. Jam baru
menunjukkan pukul 6.30, terdengar pintu diketuk dari luar. Saat itu kita
bertiga sedang bergiliran main PS dan kebetulan giliran kita berdua.
Tok tok tok
Tok tok tok
“Masuk
aja” teriak Romi dari kamar Mu yang lumayan jauh dari lobi rumah.
“Eh
Rom itu ada tamu bukain sono, siapa tahu kurir nganter duit semobil” pintamu ke
romi.
“iye
juragan” jawab romi sambil toyeng mukamu
“
Aduh, kampret...”
“Hahaha...”jawabku
masih konsentrasi dengan layar di depan.
Tak
lama kemudian muncul lagi si Romi.
“Siapa
Rom ? “ tanyaku
“Monggo
mbak itu Hasan nya, ealah, satu orang ini kalo udah main PS bisa lupa daratan”
Tak
berapa lama muncullah linda dibelakang romi
“eh
Lin, awalan ni datangnya ?”
“ada
peubahan jadwal”
“Bro,
kenalin ini Linda, pacarku”
“Cieeee
yang udah dapat pacar ndak kabar-kabar” sindir romi
“Sory,
baru kemarin juga jadiannya Rom” jawabku
Kemudian
linda memperkenalkan dirinya. Sejujurnya aku senang sekali malam itu melihat
ada seseorang lagi menjadi bagian dari lingkaran hidupku selain kalian berdua
yang sudah kuanggap sebagai saudaraku.
Namun aku juga tidak alfa dengan apa
yang telah kulihat dari raut mukamu kala itu, sesuatu yang tidak biasa kulihat
dari mukamu, sebuah bahasa yang tak terucap lagi nampak dimukamu itu. begitupun
sorot dari mata dan pandanganmu yang nambah berpendar seperti kaca – kaca cair
yang samar. Aku pernah melihat bahasa itu pada orang lain, sebuah bahasa
kecemburuan. Namun lagi – lagi kulihat kembali kemahiranmu dalam menyembunyikan
emosi itu, dengan senyum yang menyungging kau mencoba mengelabuhi kami. Boleh saja
linda dan romi tak mengetahui akan hal itu namun aku tak bisa kau bohongi
dengan bahasa darimu itu.
“Aku
ganti baju dulu ya say “ pancingku
“Cie
cie udah say say ini manggilnya”Romi nyolot
“apa
sih...” jawabku sambil melihat linda yang tersenyum dan sesaat aku melihatmu.
Ketika di bioskop Aku masih saja
kepikiran saja dengan dugaan – dugaanku itu, aku hanya tak ingin saja sahabatku
tersebut masuk ke jalan yang salah. Dan semoga saja dugaan tersebut adalah
salah.
***
Dua
tahun telah berlalu begitu cepatnya. Dan hidup seseorang terus berjalan dengan jalanya masing – masing.
Begitupun kau yang memutuskan pindah ke apartemen beberapa bulan setelah hal
itu. tapi apalah semua ini sejatinya akan semakin mendewasakan diri. Lebih bijaksana
lagi dalam mengambil keputusan. Aku
telah lulus, dan pada sore hari sehabis wisudaku itu akupun masih ingat
percakapan kita di atap apartemenmu.
“Linda
apa kabar San ?”
“Ia
masih di Bandung, mgangnya belum selesai dia”
“Ohh...”
jawaban yang menggantung
“Gimana
skripsimu Dan ?”
“Tinggal
bab terakhir saja”
Diam
untuk beberapa saat
“kamu
kapan balik ke pontianak san ? “ lanjutmu
“Rencananya
minggu depan berangkat “
“San,
aku ingin bertanya padamu”
“well,
ada apa sepertinya serius nih” jawabku
Kau
hanya tersenyum sesaat kemudian berkata “ menurutmu Cinta itu apa ? “
Deg...
Aku
hanya menahan berat ketika mendengar pertanyaanmu itu ? pikiranku tak tentu
arah kesana – kemari karena tak percaya dengan apa yang kudengar. Otakku sungguh
bekerja keras kala itu dan dadaku hanya kembang kempis menahan beban berat yang
ada di dalam dadaku. Aku tahu arah akan pembicaraanmu. Aku hanya bertanya –
tanya mengapa kau tanyakan hal itu ? bukankah hal ini jelas adanya. Kukira
waktu telah menyembuhkanmu. Dan sekali lagi aku terlarut dalam dugaan itu lagi.
Aku masih diam saja mencoba memberikan jawaban terbaikku kala itu.
“Dan,
bagiku cinta itu ibarat persahabatan dan keluarga. Ia akan hadir ketika kita
bisa menerima dengan ihklas atas segala kekurangan dan kelebihan seseorang, tak
peduli siapapun ia. Cinta akan selalu menghubungkan hati meskipun orang itu
terpisahkan oleh keadaan, jarak dan waktu. Tak ada sekat setebal apapun yang
bisa menghalanginya. Linda, kedua orang tuaku, adikku,romi dan kamu kalian
semua adalah cintaku. Aku menyayangi kalian semua”
Ya
itulah kata – kata yang tersisa dari dalam diriku yang bisa kuungkapkan
sepenuhnya kala itu. Dan itu adalah usaha terakhirku untuk meyakinkanmu agar
bisa menerima kedaan yang sungguh aneh diantara kita saat itu. Kau hanya diam
termenung melihat senja sore itu, seperti ada sesuatu yang engkau harapkan
darinya kala itu.
“kadang
aku iri kepadamu san” katamu pelan. Aku diam lau mencoba memandangmu yang masih
saja asik dengan senja.
“Hidupmu
begitu sempurna, kau miliki segalanya”
“Ngga
ada kata sempurna dalam hidup Dan. Percayalah kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT semata. Jujur malah sebenarnya aku malah ingin bisa sepertimu. Bisa melukis,
bernyanyi, fotografi. Sesuatu yang aku tak pandai akan hal itu”
***
Kini
aku paham mengapa pelangi seringkali muncul pada sore hari kala senja hari, ada
hikmah terendiri bagiku bahwa keindahan dibeberapa bagian kehidupan kadangkala
hanyalah pantulan – pantulan semu yang tidak nyata dan apabila saatnya tiba
keindahan itu hanyalah ilusi sesaat saja lalu menghilang. hari ini telah
terjawab sudah pertanyaanku saat di gunung prahu itu
Hari
ini Senin, 29 Juni 2015, empat tahun berlalu semenjak wisudaku. Alangkah
bahagianya diriku ketika mendapatkan pesan gambar dari nomor yang tak kukenal pagi
ini. Kulihat dalam foto itu seseorang yang sudah tidak asing lagi, yang
menggendong anak kecil berusia sekitar 2 th yang tertawa lebar di pundak
beserta seorang wanita cantik memegangi tangannya di samping. Aku tersenyum
bahagia melihat itu, berjuta syukur tak terucap dari dalam hatiku. Aku amat
kenal akan wajah itu dan sudah pasti, itu adalah kau dan keluarga kecilmu. Dani
silalahi.
*Sumber gambar: http://preecey.deviantart.com/art/Rainbow-Sunset-Final-Version-179922964
No comments:
Post a Comment