Tuesday, May 5, 2015

Pergi Bukan Untuk Meninggalkan


Pagi itu Andy seperti hari - hari biasanya mempersiapkan segala sesuatu sebelum ia berangkat mencari rezeki di kota. Andy adalah anak bungsu dari beberapa bersaudara yang sederhana. Hari - harinya ia habiskan untuk bekerja sebagai karyawan restauran di kota.

Andy memang telah lama hidup tanpa ada kedua orang tuanya. Orang tuanya meninggal beberapa tahun silam akibat penyakit kanker yang didetitanya. Saat ini ia serumah dengan kakak laki - lakinya, Doni. Doni masih bujang 5 tahun lebih tua dari usia Andy yang berada pada tahun 21, ia adalah seorang pengangguran.

Jam 8 pagi Andy telah sampai di restauran tempatnya bekerja. Pagi itu ia terlihat lebih diam, ia bekerja dengan cekatan seperti biasa namun dengan sikap diam tanpa kata yang tak biasa. Dari raut mukanya saja terlihat seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Mimik mukanya begitu serius. Kalau sudah seperti ini biasanya ia ada masalah dengan kakaknya. Dan nyatanya benar, bahwa malam kemarin ketika Andy baru pulang dari kerjanya. Doni mencecarnya dengan hal yang memberatkan Andy.

"Ndy, kamu ada duit ndak ?"
"Buat apa Mas ?" Tanya Andy balik.
"Buat bayar hutang"jawab Doni
"Utang apalagi Mas, utangmu lo udah berapa, masa mau utang terus kah" kesal Andy
"Utang sama Ridho tempo hari, ada ndak e ? " 
"Itu utang buat apa ? Apa buat ngewarung."
"Kamu ga perlu tau" jawab Doni
"Kalo gitu kenapa sekarang minta aku buat bayarin itu hutang, aku ada beberapa ratus ribu namun ini jatah makan untuk bulan ini "
"Aku pakai Sertifikat tanah rumah ini wae kalau begitu buat pinjam di Bank"
"Apa ? Ya jangan gitulah, sembarangan saja".

Mungkin itulah hal yang membuat dirinya terlihat demikian hari itu. Ia memang sering kesal dengan kelakuan kakaknya, terutama tentang hutang menghutang, bagaimana mungkin terus berhutang sedangkan dirinya tak bekerja ditambah gaya hidupnya tak bisa di kontrol.

Pengunjung restoran cukup banyak, sehingga cukuplah buat Andy untuk berkonsentrasi saja dengan memasak pesanan pelanggan tanpa banyak bicara. Tiba - tiba handphone di saku celananya berbunyi. Tanda bunyi pesan masuk, dibacanya pesan itu "Selamat Pagi saudara Andy, kami dari HRD Hotel Grand Sahid Surabaya ingin menyampaikan bahwa anda diterima menjadi Kepala Chef di unit restoran kami. Anda bisa mulai bekerja pada senin lusa. Terima kasih."

Tiba - tiba sebuah senyum kegembiraan tersungging dari wajahnya. Mungkin inilah jawaban serta saat yang tepat untuk hal yang selama ini ia pikirkan. Ia telah lama berfikir bagaimana cara yang tepat agar kakaknya itu bisa belajar untuk mandiri dan bisa bertanggung jawab dalam hidupnya sendiri. Disadari ataupun tidak kakaknya memang bergargantung pada dirinya. Sedangkan Doni sendiri seolah tak memperdulikan hal tersebut, ia lebih asik dengan dunianya sendiri, dunia warung kopi. Namun mau sampai kapan ingin seperti itu pikir Andy dalam hatinya selama ini.

Dan Siang itu ia telah ia telah memantapkan hati, bahwa besok ia akan berangkat ke Surabaya. Mencari asa dan masa depan disana, dan selain itu ia ingin memberikan pembelajaran buat kakaknya tetsebut.

Dan benarlah bahwa Minggu siang itu ia berangkat dengan diantar oleh Kakaknya. Kakaknya terlihat seperti orang bingung, Andy tahu itu namun ia tetap mantap melangkah bahwa ia ingin agar kakaknya belajar akan arti kemandirian dan tanggung jawab. Andy tak akan pernah meninggalkan kakaknya, ia hanya ingin agar Tuhanlah yang beberapa saat membimbingnya dalam didikannya. Beberapa saat kemudian Bus kota yang di tumpangi Andy pun meluncur dari terminal.


*sumber gambar: www.pinteres.com

No comments:

Post a Comment