Thursday, November 19, 2015

Joni Telah Pergi

Denting suara jarum jam bergema pelan di dalam pikiran ini, tiap detik yang ditempuhnya semakin memperdalam halusinasi. Aku yang seorang diri bertemukan mata ini pada sebuah album foto yang tak sengaja dahulu terabadikan. Foto yang tidak lain hanyalah beberapa gambaran tak bertema seperti kail pemantik masa lalu. Dalam album itu terdapat kumpulan foto – foto yang diambil saat acara kantor di tepian pantai barat setahun silam. Acara yang biasa dilakukan ketika ada karyawan baru dari kantor. Semacam penyambutan. Kala itu acara dibuat untukku, seseorang dari tanah jawa yang baru saja lulus dari bangku kuliah. Seseorang yang baru menginjakkan kaki di tanah kalimantan. Serta seseorang yang belum begitu paham akan bahasa persahabatan. 

Mataku masih saja terpana pada sebuah foto selfie yang entah mengapa dua hari ini selalu menjadi perhatian dalam benak ini. Membayang selalu dan entah mengapa foto ini membuat diri ini jatuh kedalam kubang kesedihan, kesedihan yang hadir karena kerinduan yang muncul begitu saja terkenang akan masa lalu. Didalam foto tersebut terbingkai kami berlima dari divisi finance yang sedang asik menikmati senja bersama – sama, berlatar langit senja dengan kawan lain yang sedang asik dengan bola volinya. Aku, Joni, erwin, Daniel dan Robert. Namun entahlah, mengapa mataku tak berhenti untuk memandangi orang yang satu ini, Joni. Si raja lawak yang baru saja mengajukan resign dari kantor untuk melanjutkan pendidikannya ke inggris. 

Joni adalah orang pertama yang kukenal di kantor ini, itupun ia yang berinisiatif memperkenalkan diri kepadaku. Ia memang kocak dan tindakannya sangat konyol bahkan terlihat bodoh. Meskipun aku tak pernah tahu pasti akan bagaimana sebenarnya dirinya.Karena aku memang jarang menggali informasi akan dirinya bahkan ketika ia kerap kali mencoba ingin menjalin persahabatan denganku, namun yang kadang mengherankanku ialah ia termasuk karyawan berprestasi di kantor. Di kantor aku memang dikenal sebagai orang yang dingin, serius dan kurang humoris. Jadi mungkin wajar hanya beberapa orang saja yang ingin berdekatan denganku, Selebihnya tak lebih dari sekedar hubungan professional kering belaka. Namun joni tidak demikian, ia tak mempedulikan perkataan atau anggapan tersebut. Ia sepertinya malah ingin berteman denganku meskipun seringkali aku bersikap seperti tiada peduli dengan hal tersebut. 

Entahlah pikiranku kembali menerawang saat mendengar kabar pengunduran dirinya lusa kemarin. Pagi itu aku seperti biasa, berjalan kaki ke kantor yang terletak di area perkantoran kota pontianak. Jarak kantor memang tak begitu jauh dari kontrakanku. Pagi itu kujumpai Joni yang juga hendak berangkat kerja 

“Hei,good morning, How are you buddy ? tanyanya riang 
“Baik”. Jawabku singkat dan tak acuh 
“How about your weekend ?” 
“baik. eh, kau lahir di inggris ya ? ”sindirku 
“wow, no no no. Im indonesian. Im just trying to get better on that language”. Jawabnya melawak. 
“Do you have hear any rumors ?” sambungnya 
“Rumor apa ?”
 “ohh, nothing. forget it” 

Dan tak berselang lama kami sudah sampai di kantor. Kami seruang karena memang berada pada divisi yang sama, divisi finance pada perusahaan pertambangan biji besi yang berkantor pusat di Pontianak.  Meja kerja Joni berada di seberang pojok yang agak jauh dari mejaku. Pagi itu suasana ruangan finance terasa ada yang sedikit berbeda, kulihat beberapa staf HRD mengunjungi Joni untuk kesekian kali. Entah apalah gerangan, tak tahuku pasti hanya tidak seperti biasanya saja. Pada sekitaran pukul 10.00 ia menyampaikan perihal pengundurannya. Aku terkejut mendengarnya. Seperti tidak percaya saja akan hal itu. Memang aku bukan orang yang begitu peduli dengan dirinya selama ini, bahkan acapkali aku meremehkan leluconnya yang kurasa kurang menarik. Namun dia tidak pernah menghindar karena sikapku tersebut. Bahkan ia berusaha untuk menjalin persahabatan denganku. 

Tapi kenapa disaat ia akan pergi kurasakan seperti ada yang hilang. Entah apa sebab namun demikianlah adanya. Tak lama kemudian Daniel menghampiri Joni yang memang meja kerjanya tidak begitu jauh. Kudengar agak jelas percakapan mereka. 
“Jon, tak ada hujan tak ada angin, kau tiba-tiba hendak resign. Ada masalah sama bos ?” Tanya Daniel 
“Haha gak ada, aku cuma mau melanjutkan studi. lamaran beasiswaku ketrima” jawab Joni 
“Kemana ?" 
“Ke Inggris, chevening award” “wahhh, hebat kau” 
Erwin dan Robert pun segera bergabung dengan mereka. Ditanyailah Joni oleh mereka. Sedangkan aku masih saja berpura –pura sibuk dengan laporan bulanan. Padahal telinga dan pikiran ini tertuju kepada perbincangan mereka. 
“kapan kau balik ke jakarta ?” tanya Erwin 
“Besok pagi” “Wah buru - buru amat, Okelah good luck aja jon, jangan lupa ngasih kabar ke kita ya” sahut Robert 
“ sippp” jawabnya sambil tersenyum tipis 

Waktu menunjukkan waktu istirahat siang, semua karyawan satu demi satu bergegas keluar. Kala itu aku masih dalam ruangan dan joni terlihat sibuk mengemasi barang – barangnya. Tadi ia sudah berpamitan dengan teman – teman kantor lainnya. Tinggal aku saja sepertinya belum menanyai, entahlah mengapa egoku begitu besarnya, bahkan untuk sekedar menanyai seseorang yang tak akan lama lagi hendak pergi. 

Dan akhirnya ia datang sendiri kepadaku 
“Hei Ron, kelihatannya lagi sibuk ni “tannyanya 
“iya deadline akhir bulan”jawabku
“Ron aku pamit dulu ya, sorry kalau mungkin selama ini aku ada hal – hal yang kurang berkenan” tuturnya serius meskipun kulihat ada keharuan di wajahnya. 

Aku tak memberikan sebuah jawaban, hanya sedikit menganggukkan kepala. Meskipun sebenarnya aku ingin bercakap banyak hal padanya. Lidahku seperti terkunci untuk berbicara. Aku ingin berterima kasih kepadanya. Terima kasih karena tanpa kusadari kekonyolannya selama ini memiliki tempat tersendiri bagiku. 

“Ok Sob, aku cabut dulu. See you next time” ucapnya sambil menyalami ku. 

Dan iapun segera berlalu. sungguh kusumpahi diriku saat itu, mengapa hanya berdiam diri saja tidak berusaha melakukan sesuatu untuk memberikan kesan terakhir, sebuah penghormatan kepada seseorang yang mungkin takkan berjumpa lagi. Lalu tanpa berpikir panjang, segeraku bergegas turun ke lobby bawah untuk mengejar Joni, kutinggalkan meja kerjaku berserakan dengan laporan yang belum selesai tersebut. Hah apalah pentingnya kertas – kertas berangka bodoh tersebut. Esok juga kan kujumpai lagi. 

Joni sudah berada di lobby utama gedung kantor, kususul ia segera. Setelah ada tak jauh darinya kupanggil ia 
“Jon, tunggu” 
“Hei, ada apa ron ?” sedikit keheranan 
“besok kau terbang jam berapa ? 
“ jam 7 pagi”
“besok ku antar ke bandara ya ?” 
“mmm, bolehlah kalau kamu ngga sibuk” mukanya keheranan melihat tingkahku 
Itulah mungkin kesempatan terakhir, aku tak ingin sesal panjang menghampiriku karena ego ini. 

Esok pagi kujemput joni di kontrakannya, kusewa sebuah mobil MPV untuk mengantar ia ke bandara supadio di Kuburaya. Aku tak peduli kalo hari ini harus telat untuk bekerja ataupun kalau perlu tidak masuk saja sekalian. Ia nampak heran melihat tingkah ku ini. Mungkin ia baru kali pertama ini melihatku berbuat seperti demikian. Ia hanya tersenyum pagi itu, mungkin ia melihatku lucu saja orang yang begitu dingin ini kiranya juga bisa melakukan hal – hal yang aneh juga. Jam 6.35 sampailah kami. 
“Makasih Ron sudah mau repot – repot ngantar ke sini” 
“biasa ajalah”jawabku 
“Oke, pesawatnya kayaknya udah mau berangkat ini, aku harus segera cabut. eh, nanti jangan lupa ngasih kabar” 
“Dan aku pengen pesen padamu, kau jangan terlalu serius – serius amatlah, kamu harus banyak tertawa” katanya dengan mata meyakinkan. 

Kemudian ia menyergapku untuk beberapa saat lalu segera bergegas masuk ke dalam bandara. Aku masih berdiri di lobby depan mencoba mencerna kata-kata yang barusan diucapnya tersebut. Sekarang barulah aku tahu akan apa yang ia lakukan selama ini dengan segala lelucon itu. Tepat jam 7 pesawat yang di tumpanginya segera lepas landas. Dan pesawat itupun kini telah berhasil membawa sepotong bagian dari kehidupanku yang maknanya baru kusadari saat ini. Selamat jalan kawan terima kasih atas hiburannya selama ini, semoga kelak dapat berjumpa kembali. 

Kututuplah album itu dan segera kumatikan ponselku.         

Sumber gambar: amitytravel.co.id

No comments:

Post a Comment